“Tamuku, pergi jangan pergi”
Hari ini aku memutuskan untuk pergi dari
kehidupan lama. Tamuku yang terlebih dulu ingin pergi tanpa harus aku tau apa
alasanya karna kupikir aku lelah menyuguhinya. Lelah mengajaknya berbincang
walau rasanya ada yang telah hilang ketika tamu itu pergi tanpa alasan. Rasanya
ada yang berbeda dari hari sebelumnya yang dibuat porak poranda oleh tamuku
itu. kadang piring-piring dirumahku segaja kupecahkan, atau tamu lain datang
ketika tamuku itu sedang bertamu juga dirumahku, kadang tamuku yang membawa
tamu lain datang, sampai apapun itu. mungkin ini saatnya aku lelah mencuci
nampanku dari gelas-gelas tamuku itu. tak ada salahnya mengiyakan tamuku pergi
demi membuat aku rilex beberapa lama. Untuk menabung uangku lagi sehingga aku tak
perlu menghamburkan uang untuk menjamunya.
@@@
Seperti bunga, cinta yang layu akan ditinggal
pemiliknya namun tetap saja cinta itu akan menebar benihnya melalui angin dan
tumbuh cinta baru yang serupa dimana-mana lalu membuat si pemilik selalu ingat
bunga pertamanya ketika ia melihat bunga-bunga baru yang tumbuh. Mulai dari
kuncup, merekah, dan layu kembali. Akupun begitu. Tak adil rasanya ketika pria
diciptakan untuk mudah melupakan ketimbang wanita. Tak adil rasanya ketika pria
lebih mudah memilih ketimbang wanita. Tapi aku salah, ternyata semua itu adil
jika disandingakan dengan sifat umum wanita. Wanita memang sering terlihat
lebih sulit melupakan karna wanita lebih lama memendam dirinya sendiri dalam
ruangan dimana ada dua daun pintu. Pintu yang telah tertutup dan pintu yang
terbuka. Wanita lebih sering melihat pintu yang tertutup itu lantas
mengingat-ingat dan membayangkan lebih lama sehingga ia kehilangan pintu yang
terbuka dihadapannya. Pintu yang terbuka itu dapat menutup kembali sesuka hati
tanpa harus ia mengerti keadaan wanita yang akan memasukinya. Maka ketika pintu
tertutup maka wanita akan berkomat-kamit menyesal dan menggerutu lantas
menyalahkan pintu yang mudah tertutup tersebut tanpa menyadari bahwa ia sudah
terlalu lama berkabung melihat kebelakang. Akhirnya wanita akan diam menunggu
pintu selanjutnya datang sambil terus ditemani pintu yang tertutup makin
menjauh. Tapi terkadang, ada wanita yang baru keluar sudah bisa menyerobot
masuk pintu yang ditutup oleh pemilik lamanya. Disitu kadang kesalah pahaman
dan saling menyalahkan muncul. Sedangkan pria lebih mudah melupakan karna ia
tak pernah banyak bicara ketika keluar dan menutup pintu pun ia akan berjalan
memasuki pintu yang terbuka dihadapanya tanpa oranglain ketahui apa yang
sebenarnya ia rasakan. Dan kau tau mengapa wanita berkata bahwa pria mudah
melupakan? Karna diwajahnya tidak sedikitpun memperlihatkan apa yang hatinya
rasakan, maka dari itu sebagian wanita kadang tak mempercayai perasaan seorang
pria padanya sungguhan atau tidak. Mereka tak pernah memperlihatkan karna dari
kecil mereka tau kata “cemen” dari sejenis mereka. Sedangkan wanita? Tak usah
ditanya lagi, tanpa ditanyapun sudah tergurat pada wajah mereka. Dari mata yang
tiba-tiba berubah mentuknya pada pagi hari akibat accident kemarin. Karna itu,
ketika aku menutup pintu aku ingin tidak menangis dan terlihat tegar dihadapan
kawan-kawanku. Tapi nyatanya mereka masih bisa melihat kesedihanku. Sial.
Mereka boleh melihat, tapi tidak bagi tamuku itu.
@@@
Setengah perjalananku bersamanya terganggu
oleh rasa cemburuku yang berlebihan. Aku berbeda kelas denganya, bersebelahan.
Seringkali aku melihatnya bersendagurau dengan Ristya temanya. Ristya itu
memang wellcome pada siapapun. Ya, siapapun yang berjenis kelamin pria. Bukan
aku menuduh, namun bukti telah menyebar ketika aku memperhatikan sendiri ia
menyapa setiap pria yang dikenalinya namun sama sekali tak menyapa para wanita
yang dikenalinya. Dia juga sering bercanda dengan pria namun sok jual mahal
pada setiap wanita. Sebenarnya Ristya itu terbalik tidak sih kepribadianya? Eh,
gak boleh suudzon. Yaa aku heran aja, hehe. Udah serius lagi. Ristya cantik,
pintar, aku iri padanya. Terlebih ketika melihat pria itu sering bercanda
denganya. Aku jelas marah, dan aku meminta putus. Tapi pria itu meminta balikan
dan aku tak mau, karna takut tersakiti lagi. Dan 5 hari kemudian mereka (Ristya
dan pria) itu malah jalan. Katanya, ia tak menyukai Ristya. Tapi nyatanya dia
malah telah mengungkapkan perasaannya pada Ristya dan mumpung Ristya belum menjawab,
maka aku akan menjadi jahat sementara. Aku meminta pria itu kembali padaku. Dan
ia mau. Maka kami menjalaninya lagi. Walau aku terkadang cemburu, takut ada
oranglain dihatinya.
@@@
Hampir lama setelah balikan, aku merasa bosan.
Ya, aku memang kejam untuk merasa bosan pada pria yang setia padaku. Namu rasa
pendendamku belum kunjung sembuh. Sampai ketika aku mengagumi seorang Atlet
badminton dan penggemar bola bernomor punggung 11 itu. sempat saling berkirim
pesan denganya, bahkan aku membuatkanya gambar. Aku telah jahat mempermainkan
perasaan orang. Tapi, aku sangat membedakan apa itu rasa kagum, suka, dan
sayang, bahkan cinta. Menurut kebanyakan orang yang mengetahui kejadian ini,
aku seperti membuat alasan. Namun perasaan sayangku kala itu hanya untuk pria
itu. bukan untuk si nomor punggung 11. Aku hanya menyukainya, ia tampan dari
jauh, ia manis, suaranya aku suka, badanya aku suka. Namun ketika ia pergi aku
tak merasa bersedih. Karna jelas berbeda menurutku antara suka dan cinta. Tapi
tak lama aku sadar bahwa aku terlalu bodoh untuk mempercayai oranglain
mengetahui perasaan suka ku ini pada si nomor punggung 11 walaupun oranglain
itu orang yang paling dekat denganku. Awalnya aku tak percaya ia berwajah dua.
Namun, namanya kehidupan mau tak mau harus saling menerima kenyataan sepahit
mungkin walau harus beberapa hari melupakanya. Ia membocorkanya pada pria
pacarku itu. pria itu jelas sangat terpukul namun selalu bisa membuatku menang
membela diriku sendiri. Apa ia sengaja membuat yang salah menang? ia tak
memiliki ketegasan. Akupun merasa sangat bersalah dan merayunya sampai ia mau
percaya kembali padaku. Dan ia mau. Walau aku takut, ia tak mempercayaiku
seperti sediakala dan takut ia membalas perbuatanku.
@@@
Kali ini, aku melihat pesan dari
wanita bernama Elka di handphone nya. Aku sengaja tak meminta izin terlebih
dahulu. Karna aku ingin mengetahui apa saja isinya jika ia tak mengutak-atiknya
terlebih dahulu. Tetapi, setelah membaca pesan rasanya aku ingin tak
membacanya. Aku menyesal telah membaca pesan di handphonenya. Sangat menyesal.
Kukira, hanya aku yang disebutnya dengan sebutan yang berbeda. Tapi, dengan
oranglain pun ia memiliki sebutan couple. Walau ia dan Elka baru mengenal satu
sama lain di pertandingan ekstrakulikuler yang di enyamnya baru-baru ini.
Cemburu terkadang harus tak terkontrol ketika bertemu dengan emosi. Rasanya
seperti diabaikan. Dilecehkan. Dibohongi. Aku dibohongi. Ingin ucap putus,
namun tak berdaya karna kalah oleh cinta. Memang kadang rasa sayang berlebih
ini yang menahanku mengatakanya ‘putus’. Membuatku tertekan. Tak berdaya.
Dengan berat hati aku mengaku kehilangan kepercayaanku padanya. Mulai detik
ini. Jadi, aku selalu memandangnya telah membohongiku. Sebenarnya aku merasa
tersiksa oleh kecemburuan ini. Melelahkan. Namun aku merasa telah terpaku pada
perasaan ini. Cinta.
@@@
Masalah paling parah bagiku ada di bulan ini,
memalukan memang. Namun apa daya, si wanita aduan itu lebih memilih mengadu dan
ah sudahlah, aku tak mau bercerita banyak disini. Ini masih hangat dan
benar-benar tak akan pernah aku lupakan jika terus mengungkitnya. Cukup tau.
Ini sebuah pelajaran.
@@@
Jadi begini rasanya sendiri sambil ditemani
perasaan yang masih tergantung. Bodohnya aku. Kenapa harus mencintainya yang
akhirnya memutuskanku dengan alasan kehabisan perhatian. Apa ia tak malu untuk
kehausan perhatian dihadapan wanita? Dia sendiri saja akhir-akhir ini tak
memperhatikanku. Mengikuti egonya. Maksudnya apa? Untuk mengerjaiku?
Ulangtahunku bahkan sudah terlewat. Untuk membuat kejutan? Atas dasar apa?
Butuh alasan kembali bukan! Ah! Entahlah aku tak mengerti pemikiranya. Banyak
juga yang harus aku pikirkan setelah ini. Aku meminta rujuk, ia telah miliki
kekasih baru. Dalam jangka waktu yang dekat loh. Bagaimana hatiku tak terguncang.
atau aku meninggalkanya saja. aku meninggalkanya saja pun bukan karna aku tak
mencintainya lagi. Sungguh aku masih sepenuhnya mencintainya sampai saat ini.
Dan kalu tau? Tidak sedikitpun aku ingin hilangkan perasaan ini setelah tau kau
hanya memutuskanku untuk mencari perhatian. Yang kupikir jika ia akan selalu
butuh perhatian, maka semua wanita pasti memberikanya. Tapi jika ia mencari
ketulusan, akan kubuktikan akulah wanita itu dan ia pernah menyia-nyiakannya.
Dan aku bertrekad untuk berani meninggalkanya itu bukan karna tak ada alasan.
Alasanku banyak. Jika oranglain tau, mungkin terlalu berlebihan. Tapi,
percayalah aku melakukanya demi kebaikan kata kita. Bukan semata ingin
melarikan diri seperti saat aku merasa bosan bersamanya.
Pertama, ia tak seperti dulu. Mendekatiku pun
dulu ia canggung, tapi sekarang, seenaknya ia memperlakukanku seperti wanita
yang kurang mengerti fiqih wanita. Walaupun aku memang tak lebih pandai dalam
beragama sepertinya, namun aku bukan wanita biasa yang mudah di sentuh pria.
Takut rasanya jika ia mendekatiku. Masih seperti dulu ketika aku baru saja
keluar dari sekolah menengahku. Aku merasa tak dihargai sebagai wanita. Bukan
karna aku so alim, namun inilah yang aku rasakan. Aku tak bisa membohongi
diriku sendiri walau kadang aku harus terpaksa diam karna takut mempermalukanya
dihadapan sebayanya.
Kedua, jika orang-orang sering mengatakan
pacaran itu hanya main-main saja, tapi bagi orang-orang yang selalu sepenuh
hati, contoh adalah bagi orang-orang yang berani mempertahankan hubunganya
hingga ia memiliki pikiran sepertiku “bahwa aku akan selalu bersamanya
selamanya karna aku merasa ia bisa menuntunku pada kebaikan” tetapi aku
sekarang harus mencabut pemikiranku yg itu. Walaupun tak ada manusia yang
sempurna, setidaknya aku masih bisa mencari. Jika perasaan ini selalu
bergantung padanya, jika perasaan ini semakin dalam, jika perasaan ini akan
terus terpaku padanya. Apa aku tidak akan mengalami stres berat ketika Allah
menakdirkan aku dan ia tidak untuk bersama. Jadi, aku memutuskan untuk lebih
menikmati masa mudaku dengan tidak terpaku pada satu orang. Semoga aku belum
terlambat untuk menghilangkan fikiran itu. Allah telah menunjukanya, ia bukan
yang memberiku sepenuh hati. Ia hanya perlu perhatianku. Bagaimana nanti kalau aku
telah sibuk dengan orang-orang di pekerjaanku, apa dia akan terus menuntut
keromantisan dalam keadaan mendesak? Ya, Allah memberi kode. Ini belum
terlambat. Walau setetes dua tetes aku menangis, yang penting aku belum
terlambat untuk mengetahui semuanya.
Ketiga, aku adalah orang yang merasa sangat
buruk dihadapanNya. Tapi aku takut jika keburukanku akan menjadi umpan setiap
langkahnya. Aku perhatikan, ia seringkali berjanji demi mempertahankan
perasaanya untuku. Ia mengucap janji itu lebih mudah daripada ia berjalan.
Padahal, kadangkala ia tak bertanggungjawab pada janjinya. Seperti bukti nyata
di hari ini. Memutuskanku tanpa sebab jelas dan mengatasnamakan kehausan
perhatian. Itu hanya beberapa contoh, masih ada hal yang benar-benar tak perlu aku
ceritakan. Yang lebih parah daripada ini.
Dan yang keempat, aku tak mau menjadi bebanya.
Beban menjalani aktivitasnya. Aku terlalu menyusahkanya sampai membuatnya
ketakutan.
Ketiganya adalah alasanku yang membuatku kuat
dan konsisten mengambil keputusan. Ini adalah keputusan petamaku yang ku pikir
matang. Pertamakalinya aku seperti ini. Gagal atau tidak, hanya Allah yang tau.
Kuserahkan semuanya padaNya. Semoga Allah membantuku dan memberiku keringanan.
Dan yang selalu kuharapkan, agar aku akan selalu berada di jalanNya. Amiin.
Aku pernah ia kuatkan, pernah ia bangkitkan,
pernah ia beri rasa. Tapi, setelah ini kapan lagi kutulis cerita indah. Aku
ingin ia selalu menjadi objek tulisanku. Aku ingin ia menemaniku menulis lagi,
aku ingin ia menjadi miliku seutuhnya lagi. Ini mungkin yang terakhir. aku
sebenarnya ingin berhenti mencintai siapapun. Sampai sini saja. tapi semuanya
ditanganNya.
“ Yang terpenting
aku percaya, ditinggal pergi bukan berarti aku kehilanganya. Bukan berarti aku
tidak bisa mencintainya lagi. Walaupun rasa sayangku mulai detik ini telah tak
terbalas, setidaknya aku masih bisa mencintainya, aku masih bisa menyayanginya
kapan saja, semauku. Dan akan aku buktikan, bahwa aku adalah wanita yang pernah
dimiliknya dengan perasaan benar-benar sepenuh hati untuknya”
Sinta Gisthi Ardhiani, 13 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar