Kamis, 30 Januari 2014

cerpen, judul : Tamuku, Pergi Jangan Pergi



“Tamuku, pergi jangan pergi”
Hari ini aku memutuskan untuk pergi dari kehidupan lama. Tamuku yang terlebih dulu ingin pergi tanpa harus aku tau apa alasanya karna kupikir aku lelah menyuguhinya. Lelah mengajaknya berbincang walau rasanya ada yang telah hilang ketika tamu itu pergi tanpa alasan. Rasanya ada yang berbeda dari hari sebelumnya yang dibuat porak poranda oleh tamuku itu. kadang piring-piring dirumahku segaja kupecahkan, atau tamu lain datang ketika tamuku itu sedang bertamu juga dirumahku, kadang tamuku yang membawa tamu lain datang, sampai apapun itu. mungkin ini saatnya aku lelah mencuci nampanku dari gelas-gelas tamuku itu. tak ada salahnya mengiyakan tamuku pergi demi membuat aku rilex beberapa lama. Untuk menabung uangku lagi sehingga aku tak perlu menghamburkan uang untuk menjamunya.
@@@
Seperti bunga, cinta yang layu akan ditinggal pemiliknya namun tetap saja cinta itu akan menebar benihnya melalui angin dan tumbuh cinta baru yang serupa dimana-mana lalu membuat si pemilik selalu ingat bunga pertamanya ketika ia melihat bunga-bunga baru yang tumbuh. Mulai dari kuncup, merekah, dan layu kembali. Akupun begitu. Tak adil rasanya ketika pria diciptakan untuk mudah melupakan ketimbang wanita. Tak adil rasanya ketika pria lebih mudah memilih ketimbang wanita. Tapi aku salah, ternyata semua itu adil jika disandingakan dengan sifat umum wanita. Wanita memang sering terlihat lebih sulit melupakan karna wanita lebih lama memendam dirinya sendiri dalam ruangan dimana ada dua daun pintu. Pintu yang telah tertutup dan pintu yang terbuka. Wanita lebih sering melihat pintu yang tertutup itu lantas mengingat-ingat dan membayangkan lebih lama sehingga ia kehilangan pintu yang terbuka dihadapannya. Pintu yang terbuka itu dapat menutup kembali sesuka hati tanpa harus ia mengerti keadaan wanita yang akan memasukinya. Maka ketika pintu tertutup maka wanita akan berkomat-kamit menyesal dan menggerutu lantas menyalahkan pintu yang mudah tertutup tersebut tanpa menyadari bahwa ia sudah terlalu lama berkabung melihat kebelakang. Akhirnya wanita akan diam menunggu pintu selanjutnya datang sambil terus ditemani pintu yang tertutup makin menjauh. Tapi terkadang, ada wanita yang baru keluar sudah bisa menyerobot masuk pintu yang ditutup oleh pemilik lamanya. Disitu kadang kesalah pahaman dan saling menyalahkan muncul. Sedangkan pria lebih mudah melupakan karna ia tak pernah banyak bicara ketika keluar dan menutup pintu pun ia akan berjalan memasuki pintu yang terbuka dihadapanya tanpa oranglain ketahui apa yang sebenarnya ia rasakan. Dan kau tau mengapa wanita berkata bahwa pria mudah melupakan? Karna diwajahnya tidak sedikitpun memperlihatkan apa yang hatinya rasakan, maka dari itu sebagian wanita kadang tak mempercayai perasaan seorang pria padanya sungguhan atau tidak. Mereka tak pernah memperlihatkan karna dari kecil mereka tau kata “cemen” dari sejenis mereka. Sedangkan wanita? Tak usah ditanya lagi, tanpa ditanyapun sudah tergurat pada wajah mereka. Dari mata yang tiba-tiba berubah mentuknya pada pagi hari akibat accident kemarin. Karna itu, ketika aku menutup pintu aku ingin tidak menangis dan terlihat tegar dihadapan kawan-kawanku. Tapi nyatanya mereka masih bisa melihat kesedihanku. Sial. Mereka boleh melihat, tapi tidak bagi tamuku itu.
@@@
Setengah perjalananku bersamanya terganggu oleh rasa cemburuku yang berlebihan. Aku berbeda kelas denganya, bersebelahan. Seringkali aku melihatnya bersendagurau dengan Ristya temanya. Ristya itu memang wellcome pada siapapun. Ya, siapapun yang berjenis kelamin pria. Bukan aku menuduh, namun bukti telah menyebar ketika aku memperhatikan sendiri ia menyapa setiap pria yang dikenalinya namun sama sekali tak menyapa para wanita yang dikenalinya. Dia juga sering bercanda dengan pria namun sok jual mahal pada setiap wanita. Sebenarnya Ristya itu terbalik tidak sih kepribadianya? Eh, gak boleh suudzon. Yaa aku heran aja, hehe. Udah serius lagi. Ristya cantik, pintar, aku iri padanya. Terlebih ketika melihat pria itu sering bercanda denganya. Aku jelas marah, dan aku meminta putus. Tapi pria itu meminta balikan dan aku tak mau, karna takut tersakiti lagi. Dan 5 hari kemudian mereka (Ristya dan pria) itu malah jalan. Katanya, ia tak menyukai Ristya. Tapi nyatanya dia malah telah mengungkapkan perasaannya pada Ristya dan mumpung Ristya belum menjawab, maka aku akan menjadi jahat sementara. Aku meminta pria itu kembali padaku. Dan ia mau. Maka kami menjalaninya lagi. Walau aku terkadang cemburu, takut ada oranglain dihatinya.
@@@
Hampir lama setelah balikan, aku merasa bosan. Ya, aku memang kejam untuk merasa bosan pada pria yang setia padaku. Namu rasa pendendamku belum kunjung sembuh. Sampai ketika aku mengagumi seorang Atlet badminton dan penggemar bola bernomor punggung 11 itu. sempat saling berkirim pesan denganya, bahkan aku membuatkanya gambar. Aku telah jahat mempermainkan perasaan orang. Tapi, aku sangat membedakan apa itu rasa kagum, suka, dan sayang, bahkan cinta. Menurut kebanyakan orang yang mengetahui kejadian ini, aku seperti membuat alasan. Namun perasaan sayangku kala itu hanya untuk pria itu. bukan untuk si nomor punggung 11. Aku hanya menyukainya, ia tampan dari jauh, ia manis, suaranya aku suka, badanya aku suka. Namun ketika ia pergi aku tak merasa bersedih. Karna jelas berbeda menurutku antara suka dan cinta. Tapi tak lama aku sadar bahwa aku terlalu bodoh untuk mempercayai oranglain mengetahui perasaan suka ku ini pada si nomor punggung 11 walaupun oranglain itu orang yang paling dekat denganku. Awalnya aku tak percaya ia berwajah dua. Namun, namanya kehidupan mau tak mau harus saling menerima kenyataan sepahit mungkin walau harus beberapa hari melupakanya. Ia membocorkanya pada pria pacarku itu. pria itu jelas sangat terpukul namun selalu bisa membuatku menang membela diriku sendiri. Apa ia sengaja membuat yang salah menang? ia tak memiliki ketegasan. Akupun merasa sangat bersalah dan merayunya sampai ia mau percaya kembali padaku. Dan ia mau. Walau aku takut, ia tak mempercayaiku seperti sediakala dan takut ia membalas perbuatanku.
@@@
Kali ini, aku melihat pesan dari wanita bernama Elka di handphone nya. Aku sengaja tak meminta izin terlebih dahulu. Karna aku ingin mengetahui apa saja isinya jika ia tak mengutak-atiknya terlebih dahulu. Tetapi, setelah membaca pesan rasanya aku ingin tak membacanya. Aku menyesal telah membaca pesan di handphonenya. Sangat menyesal. Kukira, hanya aku yang disebutnya dengan sebutan yang berbeda. Tapi, dengan oranglain pun ia memiliki sebutan couple. Walau ia dan Elka baru mengenal satu sama lain di pertandingan ekstrakulikuler yang di enyamnya baru-baru ini. Cemburu terkadang harus tak terkontrol ketika bertemu dengan emosi. Rasanya seperti diabaikan. Dilecehkan. Dibohongi. Aku dibohongi. Ingin ucap putus, namun tak berdaya karna kalah oleh cinta. Memang kadang rasa sayang berlebih ini yang menahanku mengatakanya ‘putus’. Membuatku tertekan. Tak berdaya. Dengan berat hati aku mengaku kehilangan kepercayaanku padanya. Mulai detik ini. Jadi, aku selalu memandangnya telah membohongiku. Sebenarnya aku merasa tersiksa oleh kecemburuan ini. Melelahkan. Namun aku merasa telah terpaku pada perasaan ini. Cinta.
@@@
Masalah paling parah bagiku ada di bulan ini, memalukan memang. Namun apa daya, si wanita aduan itu lebih memilih mengadu dan ah sudahlah, aku tak mau bercerita banyak disini. Ini masih hangat dan benar-benar tak akan pernah aku lupakan jika terus mengungkitnya. Cukup tau. Ini sebuah pelajaran.
@@@
Jadi begini rasanya sendiri sambil ditemani perasaan yang masih tergantung. Bodohnya aku. Kenapa harus mencintainya yang akhirnya memutuskanku dengan alasan kehabisan perhatian. Apa ia tak malu untuk kehausan perhatian dihadapan wanita? Dia sendiri saja akhir-akhir ini tak memperhatikanku. Mengikuti egonya. Maksudnya apa? Untuk mengerjaiku? Ulangtahunku bahkan sudah terlewat. Untuk membuat kejutan? Atas dasar apa? Butuh alasan kembali bukan! Ah! Entahlah aku tak mengerti pemikiranya. Banyak juga yang harus aku pikirkan setelah ini. Aku meminta rujuk, ia telah miliki kekasih baru. Dalam jangka waktu yang dekat loh. Bagaimana hatiku tak terguncang. atau aku meninggalkanya saja. aku meninggalkanya saja pun bukan karna aku tak mencintainya lagi. Sungguh aku masih sepenuhnya mencintainya sampai saat ini. Dan kalu tau? Tidak sedikitpun aku ingin hilangkan perasaan ini setelah tau kau hanya memutuskanku untuk mencari perhatian. Yang kupikir jika ia akan selalu butuh perhatian, maka semua wanita pasti memberikanya. Tapi jika ia mencari ketulusan, akan kubuktikan akulah wanita itu dan ia pernah menyia-nyiakannya. Dan aku bertrekad untuk berani meninggalkanya itu bukan karna tak ada alasan. Alasanku banyak. Jika oranglain tau, mungkin terlalu berlebihan. Tapi, percayalah aku melakukanya demi kebaikan kata kita. Bukan semata ingin melarikan diri seperti saat aku merasa bosan bersamanya.
Pertama, ia tak seperti dulu. Mendekatiku pun dulu ia canggung, tapi sekarang, seenaknya ia memperlakukanku seperti wanita yang kurang mengerti fiqih wanita. Walaupun aku memang tak lebih pandai dalam beragama sepertinya, namun aku bukan wanita biasa yang mudah di sentuh pria. Takut rasanya jika ia mendekatiku. Masih seperti dulu ketika aku baru saja keluar dari sekolah menengahku. Aku merasa tak dihargai sebagai wanita. Bukan karna aku so alim, namun inilah yang aku rasakan. Aku tak bisa membohongi diriku sendiri walau kadang aku harus terpaksa diam karna takut mempermalukanya dihadapan sebayanya.
Kedua, jika orang-orang sering mengatakan pacaran itu hanya main-main saja, tapi bagi orang-orang yang selalu sepenuh hati, contoh adalah bagi orang-orang yang berani mempertahankan hubunganya hingga ia memiliki pikiran sepertiku “bahwa aku akan selalu bersamanya selamanya karna aku merasa ia bisa menuntunku pada kebaikan” tetapi aku sekarang harus mencabut pemikiranku yg itu. Walaupun tak ada manusia yang sempurna, setidaknya aku masih bisa mencari. Jika perasaan ini selalu bergantung padanya, jika perasaan ini semakin dalam, jika perasaan ini akan terus terpaku padanya. Apa aku tidak akan mengalami stres berat ketika Allah menakdirkan aku dan ia tidak untuk bersama. Jadi, aku memutuskan untuk lebih menikmati masa mudaku dengan tidak terpaku pada satu orang. Semoga aku belum terlambat untuk menghilangkan fikiran itu. Allah telah menunjukanya, ia bukan yang memberiku sepenuh hati. Ia hanya perlu perhatianku. Bagaimana nanti kalau aku telah sibuk dengan orang-orang di pekerjaanku, apa dia akan terus menuntut keromantisan dalam keadaan mendesak? Ya, Allah memberi kode. Ini belum terlambat. Walau setetes dua tetes aku menangis, yang penting aku belum terlambat untuk mengetahui semuanya.
Ketiga, aku adalah orang yang merasa sangat buruk dihadapanNya. Tapi aku takut jika keburukanku akan menjadi umpan setiap langkahnya. Aku perhatikan, ia seringkali berjanji demi mempertahankan perasaanya untuku. Ia mengucap janji itu lebih mudah daripada ia berjalan. Padahal, kadangkala ia tak bertanggungjawab pada janjinya. Seperti bukti nyata di hari ini. Memutuskanku tanpa sebab jelas dan mengatasnamakan kehausan perhatian. Itu hanya beberapa contoh, masih ada hal yang benar-benar tak perlu aku ceritakan. Yang lebih parah daripada ini.
Dan yang keempat, aku tak mau menjadi bebanya. Beban menjalani aktivitasnya. Aku terlalu menyusahkanya sampai membuatnya ketakutan.
Ketiganya adalah alasanku yang membuatku kuat dan konsisten mengambil keputusan. Ini adalah keputusan petamaku yang ku pikir matang. Pertamakalinya aku seperti ini. Gagal atau tidak, hanya Allah yang tau. Kuserahkan semuanya padaNya. Semoga Allah membantuku dan memberiku keringanan. Dan yang selalu kuharapkan, agar aku akan selalu berada di jalanNya. Amiin.
Aku pernah ia kuatkan, pernah ia bangkitkan, pernah ia beri rasa. Tapi, setelah ini kapan lagi kutulis cerita indah. Aku ingin ia selalu menjadi objek tulisanku. Aku ingin ia menemaniku menulis lagi, aku ingin ia menjadi miliku seutuhnya lagi. Ini mungkin yang terakhir. aku sebenarnya ingin berhenti mencintai siapapun. Sampai sini saja. tapi semuanya ditanganNya.
“ Yang terpenting aku percaya, ditinggal pergi bukan berarti aku kehilanganya. Bukan berarti aku tidak bisa mencintainya lagi. Walaupun rasa sayangku mulai detik ini telah tak terbalas, setidaknya aku masih bisa mencintainya, aku masih bisa menyayanginya kapan saja, semauku. Dan akan aku buktikan, bahwa aku adalah wanita yang pernah dimiliknya dengan perasaan benar-benar sepenuh hati untuknya”

Sinta Gisthi Ardhiani, 13 November 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar