Selasa, 23 September 2014

cerpen, judul : Rindu



Ketika matahari masih bersemangat membagi kebahgiaan pada alam semesta, kuteguk segelas susu coklat ditemani beberapa potong biskuit sebagai sayarat mengisi energi yang telah kulumat kemarin. Setiap sarapan, selalu sambil kuamati beberapa bingkai foto berisi senyum manja kawan sepermainanku. Aku masih ingat wajah mereka yang penuh haru ketika piala emas melekat pada tangan kapten tim basket sekolah dasarku. Aku salah satu pemain inti, namun terkadang aku tak merasakan hangatnya senyum penyemangat. Semua pemain inti dalam tim ini punya orang belakang layar yang mampu membuat letih dan lemas menjadi kekuatan. Ayah dan ibu mereka bagaikan menransfer energi ketika keringat membasahi nomor punggung mereka. Aku hanya tersenyum pada pelatih dan pada penonton berkuncir kuda yang selalu berada dekat pelatih. Mereka tau apa yang aku tak miliki. Orangtua. Beberapa tahun melaju seperti kemarin adalah hari itu, hari dimana foto itu dicetak. Aku masih pada satu tujuan. Menjadi guru olahraga, maka dari itu ku masuki beberapa ekstrakulikuler disekolah menengah atasku. Namun kufokuskan pada satu permainan bola besar oranye karna aku punya memori kemenangan didalamnya.
Matahari mulai meredupkan cahayanya, seperti sedang mengeluh pada bulan untuk menggantikannya. Lelah memang terkadang meluluhkan segalanya. Termasuk cahaya matahari. Meski sebenarnya sinarnya itu tak akan pernah pudar, namun cara matahari memberi sinyal amat kuat untuk meminta beristirahat semalaman saja untuk tak menampakan diri. Memang sedikit munafik untuk memberi penerangan pada bumi lewat bulan. Namun apalah daya, demi ingin berguna setidaknya bulan perlu berpura-pura mau menjelma menjadi cermin untuk membantu matahari menransfer cahaya untuk menerangi malam yang amat gelap. Sore ini aku harus menyelesaikan beberapa tugas utama sebelum aku menambah tinggi badanku menjadi lebih dari 176cm. Pulang sore sudah biasa karna kurikulum baru mendukungku menjauhi rasa sendiri berada dalam rumah. Syukur kuucap penuh ketika aku harus pulang jam 4 sore dari sekolah. Kumanfaatkan penuh waktu-waktu indah tersebut sebelum aku harus pulang kerumah dan kesepian lagi.
            “ta, ntar dulu ya gua mau selesein fisika dulu bentar” ku beritahu Binta yang telah sampai pada ujung anak tangga menuju koridor kelasku untuk menungguku menebus dosa pada guru fisika ku akibat melalaikan beberapa pekerjaannya
            “oke gi, ditunggu. Jangan lama-lama” jawab Binta santai sambil melempar senyum dari bawah tangga. Untung Binta adalah manusia paling penyabar yang pernah aku kenal. Basketnya hebat sekali, ukuran badannya yang tinggi dan sedikit berisi membuat pertahanannya kuat untuk melindungi diri saat ia men-drible bola basket. Sebentar aku selesaikan tugasku karna aku hanya perlu membuat finishing dalam tugas fisikaku ini. Lalu ku tancap kaki dan berlari menuruni anak-anak tangga dan menjalani hobby menarik rambut Binta yang sedari tadi menungguku di dekat tangga masuk ke koridor kelas 12. Binta masih kelas 11 adalah alasan mengapa dia tak satu anak tangga dengan koridor menuju kelasku, dia lebih muda dariku 2 tahun sebenarnya.
            “aw! Bang Yogiiiii kebiasaan ah!” teriaknya mengenali penarik rambut hitam keriting miliknya.
            “haha udah lama gak narik rambut. Apalagi rambut lurus. yang lain mana?” tanyaku sambil membenahi rambutku yang  sedikit berkeringat karna kegerahan dilantai atas tanpa penyejuk alami.
            “narik rambut lurus?” Binta heran mengapa aku mengatakan hal tersebut. Aku telah melamun sepertinya. Tak tahu mengapa harus kukatan rindu untuk menarik rambut lurus. Apa karna tadi pagi barusaja kupandangi teman lamaku pemilik rambut lurus tersebut? Ah aku bergurau. Dia, pemilik rambut lurus berkuncir kuda yang tinggal di masalalu itu telah tinggal jauh dari kota ini bersama ayahnya untuk mengadu nasib di pulau sebrang.
            “yang lain mana?” kuulang pertanyaanku yang belum Binta jawab.
            “tadi gue sama Seli Cuma dia kelapang duluan nemuin yang lain. Oh iya gue ketemu abang Genta doong tadi.. dia senyum tau ke guee ahh gue seneng...” cerita Binta padaku. Aku memang tempatnya mengadu dan bercerita. Sebenarnya lama aku menyimpan perasaan pada Binta, namun aku masih bingung pada perasaanku. Hanya melampiaskan atau memang suka? Ah, lagian ia menyukai temanku sendiri. Taapalah, mungkin bukan Binta. Atau mungkin orang lama yang kucari? Ahh aku bergurau lagi.
            “oh ngerti gue sekarang, jadi sebenernya lo ada maksud lain gitu buat nungguin gue ditangga sini? Pantes seneng bener ya di suruh nunggu gue” ejekku pada Binta. Aku tak terlalu sakit hati, mungkin aku memang tak menyukainya sama sekali. Ah, perlukah aku pikirkan hal ini? Sepertinya tidak sama sekali.
            “hahaha ciee tau aja” Binta tertawa menggelikan.
            “dih, ayo ah ke lapang” aku mendorong Binta untuk lebih dulu berjalan.
            Sampai dilapang setelah kusimpan tas ku, aku menuju gerombolan pria yang sedang berbaris untuk siap berlari kecil mengelilingi lapangan sekitar 5 putaran. Itu rutin dilakukan untuk menguatkan mental tulang kaki ketika diajak berlari bolak-balik lapangan ketika ada pertandingan basket. Aku berlari kecil dan setelah 5 putaran hampir selesai, temanku Heri menunjuk ke arah dimana arah itu adalah pintu masuk menuju lapangan ini.
“itu pak Didin bukan bro?” seru Heri. Satu pria bertubuh tegap kira-kira setengah baya bersama satu wanita berhijab merah marun menuju ke arah kami. Para pria yang baru saja selesai pemanasan. Seperti rapuh rasanya ketika kutapakkan kaki setelah melihat ujung tangan Heri. Lemas bukan karna aku tak biasa berlari kecil, tapi kali ini hati yang luluh mampu meluluhkan seluruh tubuh yang saling terikat. Perempuan berkuncir kuda yang selalu kulihat pada bingkai foto dikamarku. Itu wajahnya, sekarang rapi terkemas oleh tudung merah marun membuat wajahnya lebih berseri ketimbang ketika aku sering menarik ujung rambutnya.
“ya, saya Didin. Saya akan menjadi pelatih kalian. Apakabar kamu Heri? Dulu masih hitam, kecil ketika kamu menyelamatkan tim basket Sdmu dari rasa malu” cengenges pak Didin. Aku ikut tersipu malu karna aku adalah lawan dari sekolah dasar Heri saat itu. selain itu, tersipu malu banyak terjadi antara pria sepertiku dan wanita. Ya, aku sedang tersipu malu daritadi mengingat bahwa akulah anak kecil yang paling sering mengerjai rambut kaka senior ku dulu ketika masih merah putih seragamku. Dan sekarang ia berhadapan denganku.
“wah, siapa ini? Pangling saya lihatnya. Apa kabar kamu Yogi?”
“baik sekali pak, amat baik” aku tersenyum lega karna pak Didin telah membuyarkan maluku.
“Dinda, masih mau balas dendam sama Yogi? Dia yang kamu nanti-nanti kehadirannya buat hari ini kan?” ledek pak Didin semakin membuatku merah seperti rebusan lobster.
“pak ngomong apa sih?” Dinda tersipu malu seperti rahasianya terbongkar
“cieeeeee” seru seluruh anak-anak didalam lapangan indoor ini
“haha, katanya kamu pengen buktiin kalo rambut aku gabisa dia jenggut-jenggut lagi” tambah pak Dindin menyempurnakan ucapannya. Aku hanya bisa senyum dan senyum tak sangka ditemui orang lama penyemangat hidupku yang sempat akan pupus.
“hehe iya sih pak, pengen bales Yogi nih” Dinda tersenyum  lebar
“ah Dinda bisa aja” kugaruk kepalaku yang tidak gatal. Aku, mengapa hatiku berhenti bermain. seperti tergembok tak berkunci. Semestinya aku biasa saja karna Dinda adalah teman kecilku, dia senantiasa kuledek sejak kecil, senantiasa kutarik rambutnya sejak kecil. Aku amat akrab dengannya semestinya.
“din, bapak kesini dulu ya” pak Didin memberi sinyal untuk yang lain mengikutinya kepinggir lapang dan berbincang sekejap. Aku seperti tak ingin bertingkah.
“hei, melamun? Ada apa adik kecil penarik rambut?” Dinda menggodaku.
“Dinda makin cantik” aku menggodanya balik dengan khas ku.
“hei curang, masa aku digoda oleh anak kecil! Dasar” dinda tertawa seperti melepas rindu, sama sepertiku. Aku memang anak kecil, jauh umurku dengannya. Cukup jauh untuk lebih muda 8 bulan dengannya. Namun rasa rindu tak membatasi umur, rasa cinta pun begitu sepertinya. Sepertinya...
“apa anak kecil yang telah dewasa tak boleh menggoda anak besar yang masih seperti anak kecil? Ukurannya...” aku ledek Dinda habis-habisan.
“maksudmu? Kau meledeku?! YOGIIIIIIII!!!!!!” sebelum Dinda menarik rambutku, aku perlu berlari menajuh, namun sayang sekali baju bernomor punggung 88 ku tertarik cepat oleh tangan lincah Dinda yang mungkin telah dituruni genetik dari bapaknya. Dan rambutku tertarik juga. Sakit sih, namun tak terasa karna rindu temu ini telah menetralkan segala urusan. Tawa lepas menutupi pergantian jam dan pergantian matahari dan bulan. Seketika jam berhenti berdetik dan aku merasa sebahagia masalalu.
*SELESAI*

Karawang, 23 September 2014
Sinta Gisthi A

Kamis, 30 Januari 2014

cerpen, judul : Tulip Merah 2

***

Mm, kalo Rasya itu orang Singapure pindah ke Indonesia sejak dia kelas 1 SMP. Orangnya ganteng, tinggi, putih, romantis juga sama kaya pacarnya itu si Shelo. Alisnya itu loh yang tebel, gayanya simpel, ah pokonya mirip deh sifat-sifatnya sama si Shelo. Emang jodoh kali ye? Dia tinggal sama tante dan om-nya disini, nyokap-nya sih tetep ada di Singapore. Cuma dia aja yang pengen tinggal di indonesia sama tantenya walau sebenernya engga diizinin sama momy-nya itu..
***
“momy, i want life in indonesia with uncle and aunt” kata Rasya
“why?” momy-nyamenjawab heran
“i don’t know? But i must life in Indonesia”
“not. I not belive you Rasya.. ”
“oh momy.. please mom...”
Dan begitulah seterusnya gombal Rasya keluar hingga akhirnya momy-nya itu mengizinkan-nya untuk tinggal di Indonesia dengan ancaman-nya yang katanya “i will die if i not life in Indonesia” sebenarnya agak aneh sih dengan ancaman itu momy-nya langsung mengizinkan-nya untuk tinggal di Indonesia, mungkin bukan itu yang membuat momy-nya mengizinkan-nya. Bisa saja sudah capek dia mendengar rayuan gombal anak-nya itu yang terus merengek. Berisik yang menurutnya risih.
***
Rasya sebenarnya tipe cowok yang suka bikin pesta.. dan kebetulan akhir-akhir ini dia emang udah ulang tahun. Yap betul, pada 01 Januari umur-nya akan genap 17 tahun. Terlalu tua sih untuk anak kelas 3 SMA. Kalo Shela sih udah kelewat.. ultahnya tanggal 24 agustus. Shelo 23 juni. Ingrit 26 july. Vino 29 februari. Ssigma 27 april. Alhasil, voting menunjukan bahwa Rasya lah yang paling tua.. haha.. dan tahun ini adalah tahun seventeen-nya mereka. Patut dirayakan.
***
“Shela, di birhday party ini gue pengen lo tampil beda. Gue ga minta lu tambah rempong dengan apapun itu baju dansa atau gaun lah.. tapi buat gue liat lo lebih dari siapa lo di masalalu Shel. seventeen-nya Rasya berarti seventeen-nya kita semua. Dan gue juga pengen lo berubah di mana masa manja lo harus bener-bener lenyap”
Itu sehelai surat paling membingung-kan buat Shela yang artinya dia harus bener-bener berfikir untuk apa yg bakal dia lakuin tuk selir hati-nya itu. Entah apa yang ada dipikiran-nya tentang surat Ssigma itu.. yang harus dilakukan-nya adalah bertanya sama bunda-nya.
Shela S,S: gue tanya bunda ahh, abisnya dia ngebingungin mulu
“bunda, aku pengen tutup aurat kaya bunda. Tapi aku belom siap tanggung resiko dan amanat-amanat berat-nya bun” sambil menunduk malu, seakan dia ingin menutup aurat-nya demi seorang Ssigma.
“subhanallah.. apa yang niat untuk menutup aurat mu nak?” sungguh pertanya-an yang sulit untuk dipertanggung jawab-kan pula bagi Shela.
“aku memiliki niat ini sudah lama bun, hanya saja dulu aku mengurungkan-nya karna belum siap. Tapi akhir-akhir ini aku telah melanggar perintah bunda untuk tidak mencintai seseorang yang sangat berpengaruh dalam perubahan-ku bunda. Mau sikap-ku atau pun mungkin khimar itu.. ” sambil menunduk dengan rasa malu dan gemetar takut dimarahi Shela menjawab pertanyaan bunda-nya dengan jujur.
“kamu telah dewasa, walau mungkin belum sedewasa temen-temen kamu. Orang dewasa itu mampu menentukan pilihan terbaik buat-nya sendiri. Cinta emang sangat berpengaruh buat siapa pun. Tapi bunda mohon nak, urungkan niat-mu jika menutup aurat-mu hanya karna cinta pada lawan jenis, itu haram nak. Coba kamu rubah niat-mu. Rubah niat-mu menjadi niat karna cinta pada Allah SWT. Untuk meminta ridho-nya.” Bahas bunda-nya meyakinkan-nya. Dan Shela menjatuhkan satu bulir lagi air mata-nya di depan bunda-nya yang terperanjah langsung merangkul-nya. Seakan ini air mata bahagia dari-nya dan dari bunda-nya.
Malam minggu, 08 september 2014...
Shela S,S: gue yakin dengan perubahan ini. Semuanya karna ALLAH.
Shelo Grittelo: dinner bareng Rasya Andresmaly. Semoga so sweet
Ingritello Messy: terpaksa berubah demi ngilangin ke-tomboyan gue. Gue bisa.
          “hei twins berangkat yuk..” usul Ingrit yang tak sabar untuk memperlihat-kan ke-anggunan-nya. Hari ini Ingrit bukan Ingrit yang tomboy lagi, dia berubah 380% menjadi wanita tak setengah-setengah dengan haighilss putih dan dress se-matakaki warna hitam dibalut sabuk putih ditengah-nya dengan kepala sabuk kupu-kupu warna putih berkilau. Tidak lek-bong tapi kerah biasa seperti tang-top dan dihiasi pula dengan kalung kupu-kupu permata berkilau pemberian mama-nya yang baru kali ini dia pakai. Juga dengan gelang permata simpel dan kipas berbulu angsa warna hitam-putih. Dan ke-anggunan-nya ditambah dengan gaya rambut yang di lipat bebas namun rapi dan mempesona terlihat-nya. Ditambah bulu hias cantik warna hitam-putih sebagai pengikat rambutnya itu. Sangat serasi dengan gaya berjalan-nya yang tak lagi egang.
“verry amazing Ingrit. You differnt in this night?” sapa kagum Shelo.
“thank’s, ini juga karna bantuan lo kan?” dia menjawab-nya dengan senyum-an simpul di bibil mungil-nya dengan sangat anggun. Benar-benar anggun dibanding sebelum-nya.
“dan lo yakin Shela? Gue bangga. Lo lebih cantik dan sempurna bagi gue.” Tanya Shelo terperangah. Shelo memakai gaun dress se-lutut berwarna krem dengan renda yang mengembang sempurna di setengah lengan-nya dan garis-garis renda sedang berwarna coklat muda yang melilit-lilit di dress-nya. Sangat serasi dengan dompet persegi panjang warna coklat muda dan haighills-nya yang berwarna coklat muda juga. Tak kalah anggun dari Ingrit, Shelo memamer-kan rambut ikal ngembang-nya yang digerai itu dan ia tempatkan di depan pundak sebelah-nya lagi yang tak ber-renda itu.
“insyaallah grit gue yakin karna Allah” jawab Shela kalem. Sambil berangkat menuju gang rumah-nya Rasya. Dia sengaja untuk pergi bersama Shelo dan Ingrit. Dan tidak melewati rumah Ssigma. Karna dia takut perubahan-nya beralih pada seorang Ssigma yang belum terlihat batang hidung-nya itu malam ini.
Dan yang lebih amazing..
Shela, Shelo, dan Ingrit sampe didepan rumah-nya Rasya yang telihat biasa-biasa saja bila dibandingkan dengan melihat dalam taman rumah-nya yang dirancang sangat romantis dan elegan. Diatas rerumputan rapih itu ada 3 meja (Rasya emang Cuma ngundang the genk-nya doang) kaca berbentuk persegi dan masing-masing meja disimpan 2 bangku putih bersih yang empuk saling berhadapan dan desain isi masing-masing meja itu beda-beda. Sesuai kriteria para masing-masing lelaki dan pasangan-nya yang emang engga tau apa-apa. Para lelaki sudah duduk berkumpul di atas bangku taman yang agak panjang yang berdiri dipinggir pohon berukuran 2 meter dengan lampu-lampu hias menggantung yang elegan dan memuncul-kan warna merah, kuning, hijau dan biru.
Rasya memulai memberanikan diri menjemput Shelo yang masih tercengang melihat suasana taman dan lilin-lilin diatas kolam renang. Dengan celana krem dan kemeja coklat dibalut jas warna krem dan dasi wrna krem belang-belang coklat. Sepatu-nya coklat pula sangat serasi dengan Shelo yang juga serba coklat dan krem.
“good evening my prety girl? You very special in my special day” sapa dan rayu Rasya
“good evening too my handsome boyfriend” balas Shelo denga rayuan-nya.
 “Please put your finger on my hand. And follow me” ajak dan rayu Rasya. Vino mengikuti, dia takluk melihat Ingrit tomboy-nya itu menjadi se-anggun ini. Dan Inggrit pun takjub melihat Vino yang terlihat lebih gagah dari hari hari biasanya.
“elo beda grit malem ini. Lo mau duduk sama gue disana tuh”  usul-nya pada Ingrit sambil menunjuk meja dekat tempat makanan dan minuman ditaruh. Yang diatas-nya tersimpan vas bunga dengan bunga mawar putih yang masih sangat gress, dan menu makanan yang berupa: salad dengan mayonice dan steak daging sapi 2. Dan juice alpukat 2. Selera mereka emang sama daridulu.
“oke ayo.” Senyum simpul Ingrit seakan meng-iya-kan tawaran cowok bercelana jeans dan kemeja garis-garis hitamputih-nya dengan jam tangan wateresistant putih ber-permata disekujur angka-nya dengan rambut ikal mulai panjang-nya yang dikuncir asal.
Berbeda dengan Ssigma, laki-laki ini masih diam di tempat-nya. Seakan tak mau menjemput bidadari yang sebenar-nya ia nantikan sejak 2 jam yang lalu. Dia malah masih duduk mengadukan siku dan lutut-nya. Dan mengadukan pula kedua genggaman tangan-nya ke dagu-nya. Dengan celana levis warna putih-nya dan baju kemeja biru dengan garis-garis putih elegan-nya dan jam tangan sama-an dengan Vino. Terlalu tampanlah dengan dibumbui pula oleh kulit putih-nya, juga hidung yang mancung, bibir merah muda yang pas dengan alis tebal, mata tajam dan kacamata hitam kebanggaan-nya itu. Juga rambut yang diacak tapi menggoda. Dia memberi senyum simpul pada wanita di sebrang-nya. Yang mulai menghampiri-nya.
Dasar cowok engga tau diri pikirnya. Masa cewe yang nyamperin? Emang aneh kadang-kadang cowok ini. “heh mata empat, mana meja lo?” tanya Shela sambil mereda emosi-nya.
“meja apa?”
Shela S,S: iiihhh cowok ini sok polos banget sih.
“tuh kaya meja-nya mereka” Shela menunjuk ke meja Rasya dan Shelo yang diatas-nya disimpan sebuah lilin dalam gelas dan 2 buah juice strawberry dan spagethy yang sudah mulai kering disapa angin.
“gaada, gue engga bikin”
“terus yang itu buat siapa?” jawab Shela polos sambil menunjuk satu meja kosong dengan bunga tulip merah segar diadalam vas-nya yang berwarna bening juga.
“ohh, itu buat tante-nya si bule sama om-nya”
“ohh. Tapi ada tulip-nya..” jawab-nya cembetut sambil membenarkan pasmina biru muda dibalut ninja putih dan disimpan bunga warna putih-biru di patokan berkumpul-nya pasmina yang bunda-nya lilit-kan. Dan tanpa disadari, lelaki didepan-nya itu memperhatikan gaun mega mendung biru lek-bong-nya dengan baju mangset putih dan jam tangan waterresistan biru-putih-nya juga dan kalung mutiara bunda-nya yang memperanggun-nya itu. Dan sampai ke ujung kaki yang dibalut haighills putih-nya juga diperhatikan oleh lelaki itu.
“duduk sini, gue mau ngomong” ajak Ssigma. Yang emang itu yang ditunggu-tunggu Shela. Dipersilahkan duduk.
“dari tadi kek! Nyamperin engga, nyuruh duduk juga engga, lagian dipinggir kolam gini sih tempat duduk lo disimpen-nya. Gaada posisi lain apa?”
“masi mending gue ajak duduk. Eh duduk-nya engga usah deket-deket bukan muhrim”
“ihh, siapa juga yang mau duduk dempetan sama lo? Entar parfum lo yang kamseupay itu meranjah parfum gue lagi.”
“suka-suka gue”
“iya iya.. tadi mau ngomong jadi engga?”
“engga”
“ihhh apaan sih.. gue penasaran tau, elo sih udah janjiin mau ngomong.”
“baru kali ini gue liat lo pake kerudung. Pake kerudung udah solat belom lo?”
“kenapa? Cantik yaa? Udah dong” cewe ini emang suka ke-geeran.
“dih narsis amat lo. Pede. Mau sampe kapan pake kerudung?”
“insyaallah selama-nya”
“niat-nya bukan karna gue kan?”
“dihhh njs banget sama-nya narsis lo. Engga lah. Ikhlas gue Ma. Demi ALLAH ikhlas. Gue shalat ikhlas. Gue zakat ikhlas. Gue sayang sama lo juga ikhlas. Kata guru agama ikhlas itu: menjalankan ibadah tan...” belum saja ia lanjut bicara, Ssigma udah membekam mulutu mungil-nya itu dengan telunjuk-nya.
Shela S,S: upss gue keceplosan bundaa...
“jangan bikin status mulu. Numpuk nanti di dinding gue. lo keceplosan apa tadi?” tanya-nya menyadarkan kelugu-an Shela yang emang sedang mengirim-kan status-nya ke dunia facebook.
***
Satu lagi setelah Rasya.. gue belom bahas Ssigma..
Ssigma itu nyokap-nya di Belanda, dan apa-nya di garut. Biasa-lah brokenhome. Mama sama apa-nya cerai pas dia umur 7 taun. Waktu itu kaka cewe-nya umur 10 taun. Tapi dia ikut mama-nya ke Belanda.
***
“oke sekarang kita resmi cerai. I’m want my childrens.” Kata mama Ssigma dengan logat Indonesia-nya yang emang belom terlalu fasih.
“eh hente bisa, ini anak anak gue juga. Jadi saya berhak ngasuh titipan dari Allah. Enak aja anak gue mau diembat semua”  tempas bapa-nya Ssigma denga logat sunda-indonesia-nya.
“yaudah deh, anda bawa saja anak kebangga-an anda si Ssigma van fazgie Laatansa itu. Dan gue bawa anak kesayangan gue si Gienara van dhudhel laatansa” jawab-nya yakin. Seraya keluar dari pengadilan agama kota Garut.
“apa, mama kenapa cerai?” tanya polos Gien.
“sudah engga cocok.” Jawab mama-nya singkat. Mama-nya lah pewaris genetik jutek pada Ssigma. Dan apa-nya-lah pewaris genetik ibadah Ssigma. Berkat rawatan-nya-lah Ssigma jadi rajin dalam beribadah. Dan hafalan Ssigma adalah juz amma’ dan surah Al-mulk, Ar-Rahman, Yasiin, dan An-nisa. Tapi sayang.. dengan seiring waktu bermain Ssigma, dia agak-agak kurang hafal Surat An-Nisa-nya.
“Ssigma sini sama apa, salim dulu sama mama kamu sana. Dia mau pulang ke Belanda” suruh apa-nya.
“mama, mama harus janji buat temuin Ssigma lagi nanti. Kalo engga Ssigma yang bakal ke Belanda nyari mama. Tunggu Ssigma di kookenhof nanti ya ma.” Ucap Ssigma polos dan membuat air mata mama-nya itu jatuh satu persatu.
“iya sayang, mama bakal ketemu Ssigma lagi ko.” Jawab mama-nya getir sambil memeluk dan menciumi wajah anak-nya itu.
“teh Gien, Ssigma sayang sama teteh” ucapnya datar. Walau sebenarnya dalam hati-nya nyesek.
“teteh juga sayang sama Ssigma..” ucap-nya sambil memeluk adik tersayang satu-satu-nya itu.
“apa.. Gien pergi dulu sama mama. Apa hati-hati di Garut. Nanti kalo udah gede Gien kesini lagi ko pa. Jagain Nara ya apa. Kawinin aja sama faqi” Ucap Gien sambil mengurai air mata-nya.
“iya Gien. Papa tunggu Gien. Papa sayang ko sama Gien. Nanti  papa jaga kambing Gien sampe punya anak banyak sama si faqi” jawab apa-nya dengan mata yang memerah lebam karna kekurangan tidur.
***
Sampe suatu saat emang Ssigma pergi ke Belanda untuk bertemu dengan mama dan kaka ter-sayang-nya.
***
“mama... kata-nya mama mau ketemu sama Ssigma? Kata-nya teteh juga mau ke Garut lagi. Eh malah engga.” tanya Ssigma di kookenhof saat dia telah menemui mama-nya di alamat yang mama-nya tulis sebelum berangkat ke Belanda.
“Ssigma, kamu sudah besar? Ini Ssigma? Mama tidak nyangka.” Tanya balik mama-nya yang terperangah melihat Ssigma kecil-nya yang sudah dewasa dengan wajah berseri karna siraman air wudhu itu.
“iya ini Ssigma mama. Mama kemana aja? teteh mana?” tanya Ssigma.
“Gien ke Amerika dibawa suami-nya. Dia bekerja juga disana. Nih surat yang dulu gien tulis buat Ssigma. Tapi belom mama sampai-kan. Mama takut Ssigma jadi kangen lagi sama Gien sama mama disini” jawab mama-nya singkat seraya menyodor-kan 5 surat dari teteh-nya itu.
------------lembar pertama
26-06-2009
Ssigma.. teteh sama mama baik baik aja disini. Kamu gimana kabar-nya? Teteh kangen tau. teteh juga kangen banget sama Shela sama Shelo. Teteh pengen maen ke Karawang sama ke Garut lagi. Salam buat Shela sama Shelo dari teteh gituh yah. Kangen banget teteh sama Shela sama Shelo, sama apa dan kamu juga atuh.. J
-------------lembar ke-dua
11-01-2010
Tanggal-nya cantik yah. Kamutuh kemana aja Ssigma? Engga pernah bales surat-surat dari teteh. Maaf teteh belom bisa dateng ke karawang. Belom bisa nemuin apa sama kamu. Gimana kabar kamu, apa, Shela sama Shelo? Baik kan? Aduh teteh mulai lupa bahasa garut euy.. hehe teteh minta nomer hp kamu atuh. Biar engga usah surat-surat-an. Kita Sms-n aja yuk
Teteh nitip Shela sama Shelo yah.. awas aja kalo mereka kamu apa-apa-in. Teteh cubit kamu.
-------------lembar ke-tiga
29-09-2011
Ah teteh mah cape ngirim surat ke kamu teh engga di bales bales melulu. Teteh beli bunga tulip kesukaan Shela nih.. tadi-nya mau teteh kirim ke Indonesia buat Shela. Tapi teteh pikir surat teteh aja engga kamu bales-bales. Ntar kalo kirim bunga malah engga nyampe lagi mahal-mahal teh. Gimana apa sama kamu cageur? Gimana Shela sama Shelo? Mereka udah gede ya? Kumaha cantik tidak? Ah teteh mah percaya mereka mah pada cantik yah? Kamu juga tambah ganteng kaya-nya yah.... haha
--------------lembar ke-empat
27-04-2013
HAPPY BIRTHDAY SSIGMA SAYANGG...
Seventeen yah??? Aduh teteh pengen kirim kamu kado tapi takut engga nyampe kata mama.. yaudah deh surat aja kirimnya yah. Hehe
Salam buat apa, Shela, sama Shelo yah. Kangen banget sama cerewet-nya, ketawa-nya, dan cempreng-nya Shela ey teteh mah.. kangen juga sama mata sipit-nya Shelo. Teteh juga pengen berantem lagi sama kamu. Udah lama engga berantem. Haha
--------------lembar ke-lima
24-08-2017
Ssigma. teteh minta do’a restu. Teteh mau nikah sama Francisco orang Amrick. Bos teteh dia tuh.. kamu makin dewasa. Susul teteh nikah yah. Kalo kamu mau nikah. Teteh kasih tau dong. Insyaallah kalo dikasih tau teteh bakal pulang ke Indonesia sama mamah.
Surat itu berakhir dengan satu tetes air mata Ssigma. Ya, hanya satu tetes. Dia jarang sekali menangis. Bahkan tergolong tidak pernah. Seakan dia tak mau pergi dari Belanda. Hanya untuk menunggu kedatangan teteh tersayang-nya itu.
“mama sapa siapa saja disini?”
“sepeninggalan teteh-mu ke Amerika 3 tahun lalu. Mama selalu diem di sini bersama paman-mu” jawab-nya tak kalah singkat dengan pertanyaan Ssigma.
“uncle van lewis?”
“iya. kapan kamu menikah?” tanya-nya balik. Dengan rambut sebahu yang di-cat merah berkilau untuk menutupi rambut-rambut putih yang mulai menyingkirkan rambut-rambut yang hitam wanita tinggi kurus paruh baya itu.
“Ssigma ke sini buat minta restu dari mama. Pulang dari Belanda Ssigma mau nikah sama perempuan cantik luar dalem ma. Ssigma cinta sama dia. Dan gak mau sia-sia-in cinta Ssigma sama dia kaya mama sama apa. Apa titip salam kata-nya ma.”
“amazing. You my the best childern Ssigma. Kamu harus lebih baik dari mama sama apa-mu itu. Kenapa engga dibawa kesini?”
“iya ma. dia engga mau ikut ma. Katanya dia gamau ninggalin bunda-nya. Dia takut sehabis pulang dari Belanda dia engga bakal ketemu lagi sama bunda-nya. Padahal udah aku bujuk”
“ohh, ya sudahlah taapa. Titip salam mama buat dia. Siapa namanya?”
“Shela Shofie Sigia.”
“nama-nya cantik”
“se-cantik orang-nya ma. Dia suka tulip yang itu. Beli bunga tulip buat mas kawin dimana ma?” jawab Ssigma sambil merangkul mama-nya dan menunjuk ke-arah salah satu bunga tulip berwarna merah pekat.
“ayo ikut mama.” Ajak mama-nya. Tapi tak lama sms dari Vino masuk..
Ma, Shela koma.
Balas: diem ah lo, gue lagi sama nyokap nih. Jangan becanda. Gue mau beli Tulip dulu buat Shela. Bye.
Ssigma emang tak mau percaya akan sms palsu pikir-nya dari Vino tukang ngibul itu. Handphone-nya langsung di slient karna tak mau diganggu oleh teman menyebalkan-nya itu.
Ssigma Handsome: beli tulip merah buat Shela...
-----
Tapi di-lain tempat..
Ingrit duduk menunggui bunda-nya Shela yang sejak 15 menit yang lalu tak sadar-kan diri diatas ranjang yang kriteria-nya sama dengan tempat Shela dibaring-kan dengan infus-an yang tergantung dan selang pembantu alat pernafasan yang sudah 2 kali ganti oksigen karna sudah 2 hari Shela diam entah tertidur atau yang lebih tepat-nya lagi sedang ter-ninabobo-i oleh bakteri penyebab kanker yang jumlah-nya entah berapa hingga telah menyebabkan jumlah stadium 4 pada penderita kanker otak seperti Shela. Entah sejak kapan ia mengidap-nya. Ia memang tak sering mengeluh dan merasakan sakit. Dia tipe orang tegar. Dia tak pernah bilang dia selalu pusing jika masalah datang menghampiri-nya. Bahkan inilah bukti nyata bahwa dia menderita kanker otak stadium 4. Kasihan ia, telah terwarisi penyakit dari ayah-nya itu.
   Shelo duduk diam tak bergeming diatas kursi sambil menatap wajah imut-imut kembaran nama-nya itu. Tanpa sedikit-pun berfikir akan menelepon atau meng-sms Ssigma yang sedang di benua Eropa sana.
“hai Shelo.. gue bawain nih aer putih buat lo. Lo pasti haus” suguh Rasya. Disini memang hanya ada air putih dalam galon Aqua saja.
---------------------tak ada jawaban.
“Shelo, lo mau minum?”  tanya Rasya
---------------------tak ada jawaban.
“minum yuk sayang...” bujuk Rasya
----------------------tak ada jawaban.
“ayodong cantik diminum dulu..” rayu Rasya.
----------------------tak ada jawaban.
“kalo elo gini terus, selama 1 hari. Mau pingsan juga kaya tante Syifa (mama-nya Shela)?”
---------------------tak ada jawaban.
“minum yuk, nanti elo dehidrasi. Aer mata udah keluar kan semalem. Masa elo gamau isi lagi biar aer yang lo keluarin itu tergantiin. Kalo elo sakit Shela juga sedih nanti”
“engga mau. Shela sakit ya gue juga sakit. Gue engga mau dia diem aja gitu. Gue engga mau dia tidur. Gue engga mau dia gak ngomong. Gue mau dia ketawa lagi. Gue mau dia ngomong lagi. Gue mau dia yang dulu. Gue engga mauu....” jawab Shelo dilanjutkan dengan teriakan histeris, tangis dahsyat yang baru Rasya, Vino, dan Ingrit dengar dan pecahan gelas yang ia senggol dari tangan Rasya. Rasya langsung merangkul Shelo dan menggenggam tangan Shelo erat agar ia tak berkutik. Membuat semua-nya terkejut dan membuat pula suster datang dan menenang-kan Shelo diluar ruang ICU tempat Shela membaring-kan tubuh-nya yang telah lama tak bemain harapan bersama Ssigma dan 4 teman-nya yang lain. Setelah tangis-nya tak nyaring lagi. Ternyata dia pingsan menyusul tante Syifa.
2 hari kemudian...
Vino sibuk meng.sms dan menelpon Ssigma yang sejak awal ia sms tak pernah di balas. Ia telpon pun tak aktiv nomer-nya. Kemana si berengsek itu menurut-nya. Tunangan-nya koma juga tidak ia hiraukan. Bocah bodoh tengik. Dasar Ssigma bego. Ceroboh pikir-nya.
“Shell shella, Shela bangun. Tante liat Shela bangun” bisik Shelo diruang ICU pd dinding-dinding ruangan itu sehingga ter-pantul-kan lewat udara. Refleks semua yang ada diruangan tersebut mengerumuni raga Shela yang masih melemah..
“jangan dulu diajak bicara. Biar dia yang memulai” kata dokter nani yang datang tidak tiba-tiba. Dia dipanggil oleh Vino yang sepertinya beralih provesi menjadi ahli tukang telekomunikasi semenjak masuk-nya Shela ke ICU ini.
“bunda.. bun..” cari Shela dengan getir membuat siapapun yang dipanggil nama-nya menetes-kan air mata entah getir mendengar-nya bicara atau tangis bahagia karna diri-nya telah membuka mata kembali.
“iya sayang bunda disini.. bunda disini..” jawab bunda-nya rapuh.
“aku ingin pulpen dan diary-ku bunda..” tak ada yang mengetahui bahwa seorang Shela yang sangat terbuka dengan sahabat-sahabat-nya itu masih memiliki rahasia yang ia sembunyi-kan dalam diary tersebut kecuali bunda-nya. Karna memang ia yang membeli diary itu sebagai kado seventeen untuk-nya. Sayang kalau tak dipakai menurut-nya. Bunda-nya pun bahkan tidak tahu seluruh isi diary ber-wallpaper bunga tulip merah itu. Hanya saja bunda-nya tau semua-nya setelah dia masuk ICU setelah menulis dalam buku tersebut.
“sebentar yah sayang bunda ambil-kan” jawab bunda-nya. Sementara bunda-nya pergi..
“Shelo, Rasya.. happy wedding.. semoga kalian bahagia ya nanti.. gue pasti ada ko pas elo wedding.” Seakan semangat hidup-nya muncul lagi. “Inget, kalian itu udah tunangan. Jangan selingkuh Sya.. jagain kembaran gue. Lo beruntung banget dikasi takdir buat kawin sama temen kecil gue ini Sya.. dan Vino.. Ingrit.. congratt yaa.. kalian juga jodoh ternyata. Haha, semua-nya engga tau takdir Allah kaya gimana. Bukkti-nya Shelo aja yang benci sama Rasya jadi kan? Elo juga Grit. Ga nyangka banget kan elo bakal kawin sama cowok ininih.. haha. Dan kalian, engga nyangka juga kan gue bakal begini?” dewasa-nya keluar. Ceria sekali tampak-nya wanita berkerudung ini yang baru saja sadar dari pingsan 3 hari-nya. Terlihat bahagia bisa melek dan tertawa lagi. Namun tak ada yang tau kelebam-an hati-nya yang sakit karna tak ada Ssigma disini..
“mana bun?” lanjutnya bicara karna tak ada yang menjawab ucapan selamat-nya pda sahabat-sahabat-nya itu.
“nih sayang. Hati hati, bisa engga?” tanya bunda-nya seraya memberikan diary dan bolpoint pada Shela dan langsung Shela men-iya-kan dan menulis dalam diary-nya.
“maaf sebentar. Saya akan ke ruangan sebelah dulu. Karna ada pasien yang baru saja kecelakaan dan mengalami kebutaan dan jantung bocor. Bisa digantikan dahulu oleh suster kepercayaan saya ini” ucap dokter terburu-buru setelah menerima telepon dari salah satu bawahan-nya. Dokter di rumah sakit ini memang istimewa. Selain ia bisa mengatasi kanker, ia juga multitalenta dan bisa sekaligus menjadi dokter ahli organ dalam.
“oh iya dok tidak apa-apa” jawab Rasya yang memang tidak bisa menangis. Dan hanya dia yang tegar disini. Vino? Ah dia kelaut. Dia udah netes tuh tanda ke-pria-an-nya. Dokter keluar ruang ICU.
-----
“Mama, Ssigma disini 3 minggu aja yah. Kasian Shela disana pasti kangen sama Ssigma. Hehehe... lagian Ssigma juga khawatir sama dia. Entar kelamaan engga jadi lagi kawin-nya ma..” usul-nya sambil tertawa. Antisipasi agar mama-nya tak marah juga.
                                                          ***
Akhirnya pun kisah cinta Shelo dan Rasya berakhir di pelaminan.
***
“happy hanimun yaa.. semoga hubungan kalian baik-baik aja sampe nene nene kake kake. Haha.. amin” do’a Vino pada kedua mempelai yang sedari tadi berdiri menyalami masyarakat yang mereka kenal satu persatu. Ribetnya disertai gaun putih bersih Shelo yang mengangsar 10 cm di karpet merah seperti duplikasi dari gaun kitte midelton dan sanggul kecil yang ramai dengan bunga dan mahkota berlian kecil juga kalung berbentuk mahkota berlian yang tergantung indah di dada putih Shelo sebagai salah satu mas kawin dari Rasya dan yang terindah adalah cincin emas putih murni 24 karat yang melingkar serasi di jari manis Shelo dan Rasya. Dan sepatu ber-hakk yang tingginya hanya 4 cm.
“haha, iya makasi Vina.. cepet nyusul tuh ama your baby” jawab Rasya dan tawa bahagia Shelo mengembang di bibir merah-nya sambil melirik ke arah Ingrit yang senyum senyum sendiri melihat ledekan Rasya.
“heh malah senyum-senyum sendiri lo ngrit.
“semoga dia melihat dari atas sana.. semoga dia tau..”
“hey, happy wedding Shelo.. tante datang bersama surat ini..”
“tante.. gimana kabarnya? Satu tahun lalu aku ga ketemu tante. Tante pindah gak bilang bilang pula.. aku udah anggep tante bunda aku sendiri, dan aku mengerti. Semua ada dalam campur tangan tuhan.”
“sudahlah, telah berlalu sayang.tante juga sayang kamu. Kalau rindu tante pasti kunjungi kamu ko.. jangan khawatir” hibur wanita paruh baya itu.
***
Vino malah menikah dengan Ingrit 1 bulan setelah pernikahan Shelo dan Rasya.
***
Klik klik klik. Bunyi deretan kamera memotret suasana sederhana tapi elegan di dalam gedung alamsari itu. Para photografer pun berhasil me-memorykan senyum bahagia mereka. Juga si pemilik wajah anggun itu yang bertudungkan konde elegan dengan bunga putih yang mengelilinginya. Bersama rasya, shelo, dan ssigma mereka memasang potret penuh bahagia namun menyimpan sedikit duka di hari pernikahannya itu. Vino dan inggrit berbahagia setelah 2 cincin yang sama terpasang di di masing-masing jari manis mereka.
“congrat yaa.. ternyata, gausah cari yang jauh juga buat jodoh. Yang deket pun jadi kan?? hehe” cengenges rasya
“haha iya sya, Tuhan akan beri yang sebanding dengan kita. Tuhan tau apa yang terbaik buat kita. Pasti, Tuhan pasti mendengar keinginan kita. Dan jika Tuhan menginginkan sesuatu, maka ‘kun fayakun=jadi maka jadilah’ iya kan? ” seolah Ingrit mendamba Shela ada saat mereka tertawa dan berbahagia hari ini.
***
Tapi Ssigma berbeda, dia kehilangan jiwa eloknya yang pergi tanpa pamit. Dia bersama Shinta menyalami Ingrit dan Vino dengan mata masih meredam luka 3 bulan lalu..
“hei.. 1 bulan lagii tinggal kalian..:) ” ledek Shelo pada Ssigma dan Shinta.. dan Shinta tersipu malu..
***
Riak air mata di ranah itu dipandangi Ssigma, tak peduli ia akan dikata lemah. Yang pasti ia terpukul tapi bukan karna ia kehilangan sosok puan itu, tapi ia terpukul karna telah kehilangan lebih dari ribuan sel cinta untuknya yang ada pada jiwa puan itu. Dan disaat puan itu memilihnya untuk jadi 1 kontak mata yang berpapasan untuk yang terakhir kalinya, ia malah sedang ada di ranah lain.
“Ssigma, ada ribuan derita yang harus kamu baca.. miliknya, ini” ucap bunda Shela lirih sambil memberikan diary kecil dengan tebal kurang lebih 5 cm dan sampul biru tua yang ditengahnya diberi ulasan warna merah membentuk bunga kesukaan pemiliknya.
“makasi, hmm.. bunda” jawabnya dengan isak seraya mengambil alih diary keramat itu.
Satu persatu halamannya ia buka, dan baca.. dan dilembar inilah Ssigma terurai..
Ya allah, aku ini milikmu.. mungkinkah kanker otak ini yang akan mengantarku kembali padamu? Aku selalu bahagia, asal orang-orang tersayangku tidak juga merasakan kepedihan ini J. Selamat malam.
Demi Kau aku katakan bahwa derita ini semakin menjadi.. aku sakit.. sangat sakit.. apa aku harus tutupi ini seperti aku menutupi kehormatanku? Butuh berapa lama aku tertawa bersama mereka lagi? Aku masih ingin bersama mereka, tapi aku sakit menahan pilu ini.. hanya diary ini satu satunya pilihan untuk aku beri curahan tentang pedihku..
Kadang jiwa akan semu jika cinta itu tak datang, tapi aku tak bisa taruh ego disaat seperti ini, dia telah beri aku bahagia. Dia menaruhnya mungkin sangat kokoh. Ssigma, aku mencintaimu. Tapi dibanding kamu, aku lebih mencintai Allah dan ayah bunda-kuJ
Ini surat untukmmu ssigma..
Tenyata salama ini bukan pelangi yang menghitam, tapi kanker inilah yang kadang menghitamkan masadepanku. Ketahuilah, aku lebih mencintaimu dibanding hidupku, maka orang di ICU itu.. karna tubuhku sudah tak bisa kau miliki, mungkin mata dan jantung ini masih bisa kau miliki melaluinya.. aku mohon kau masih mau menerima mata dan jantungku.. J dan saat kau pulang dari belanda membawa tulipku, berikanlah padanya.. agar aku bisa lihat semua arti tulip itu melaluinya..
*Aku mencintaimu, sungguh. Kalau aku tak mencintaimu tak mungkin aku bertahan sejauh ini* itu statusmu dulu, aren’t you? Right! J tapi maaf, aku hanya bisa bertahan sampai sini. Jangan salahkan dirimu atau siapapun, karna ini rencana Allah ma, ini rencanya-Nya. Percayalah Allah merencanakan yg terbaik untuk kita. Aku yakin kamu bisa mengimami mata dan jantungku dalam istrimu nanti..
“kenapa lo harus nangis sih hah? Kenapa? Kenapa lo engga ada saat dia butuh lo ma! Kenapa....!!!” jerit inggrit menambahi uraian air mata Ssigma..
“nggrit!” pelotot Ssigma dengan merahnya, urat uratnya berubah menegang, dia tak mau kalau harus semua orang menyalahkannya. Dia merasa tersalahkan lahir dan batin. Dia merasa dulu telah tersia siakan atas kurang perhatiannya pada Shela, kenapa harus dia tak mengetahui semua kepiluan Shela. Dia marah pada Shela atas Kediamannya selama ini, tapi dia tak bisa berkata ketika kenyataan telah diubah oleh Tuhan. Tuhan yang berkehendak sekarang, manusia sepertinya harus diam dan merenung betapa bodohnya ia harus tidak mengetahu apa yang Shela ingin dan rasakan dulu..
“nggrit udah, dia butuh ketenangan.. Tuhan udah atur semuanya, kita tinggal rasakan” ceramah Vino..
“maksud gue biar lo tau! Cinta itu gak butuh menunggu!!” emosi yang tadinya diredam keluar dengan seadanya.. seakan kemarahannya pada Ssigma harus terungkapkan.
“iya gue salah! Gue salah! Puas lo semua! Puas!” jerit dihatinya sambil pergi dan diam, dan dia pasti pergi ke tempat itu.. ICU..
***
Ssigma menggenggam tangan Shinta dipernikahan Vino dan Inggrit. Dia tak mau kehilangan kesempatan ke 2 nya.. karna bulan depan, waktunya mereka yang duduk manis merebuti bakakak di pelaminan..
***
“gimana keadaan kamu sekarang? Sudah boleh pulang?” dia berani menatapkan wajah pada manusia di ICU ini karna dia tau bagaimana fungsi jantung, walaupun jantung itu di donorkan pada orang lain tetap saja apa yang dirasakan sekarang akan sama seperti yang dirasakan pemakainya dulu. Jadi, Ssigma tak pernah ragu dan tak mau menyi-nyiakan mata dan jantung elok yang masih disisakan pemakainya dulu..
“hmm lumayan, kata dokter 1 minggu lagi aku boleh pulang dan aku.. mau ikut ke pernikahan Inggrit.. J!” jawab Shinta bersemangat. Selama keluarganya telah tinggalkan ia dalam kecelakaan yang memberikan trauma itu, dan selama hidup ke 2 nya dengan jantung serta mata baru yang ia miliki.. dia disemangati oleh mereka yang betul betul memang bersahabat. Tanpa dengki ataupun pilih pilih teman dekat dalam prsahabatan itu, baru ia rasakan.. ini bukan sahabat, tapi ini adalah keluarga barunya.. baginya..
“apa yang kamu rasakan saat ini padaku?” tanya Ssigma ragu, dia ingin tau bagaimana kerja jantung itu ketika dipindah alihkan, dan ketika ia tatap mata itu.. itu memang Shelo.. mata ber-iris coklat bening itu miliknya, sekarang ada pada wanita berkhijab yang berbeda..
“aku tak tau bagaimana kau bisa bertanya seperti itu, tapi yang kurasakan saat ini adalah aku sangat mengenal wajahmu dalam jantung ini.. rasanya telah lama aku menyayangimu, ini perasaan pertama yang pernah aku rasakan, pemakai jantung ini tulus mencintaimu dulu, aku merasa terlalu beruntung bisa masuk dalam kehidupannya dan bisa mencintaimu begitu saja tanpa harus tau bagaimana awalnya” jawab nya jujur, dia adalah wanita paling tegar setelah Shelo menurut Ssigma. Dia tak peduli seberapa kelam masa yang telah ia lalui ketika harus kehilangan seluruh keluarga dekatnya dan ketika kecelakaan itu tiba, mungkin Shinta memang ditakdirkan untuk tertitipi jantung dan mata orang yang paling ia sayang. Dan enatah apa, rasanya Ssigma harus memeluknya dan menangis kembali saat ini.. kenangan dulu meraung-raung lagi dijantungnya.. dijantunglah ia rasakan semuanya, bukan di hati.. dan ketika ia sakit, sebetulnya bukan sakit hatinya.. tapi jantunglah yang merasa sakit...
“kamu mau menikah dengan ku setelah pernikahan Inggrit dan Vino?” tanya Ssigma yakin dengan tatapan mesranya sembari melepas pelukan hangatnya pada Shinta.. sama rasanya seperti dulu ia memeluk Shela, hanya wanita yang ia peluk kali ini lebih hangat aliran darahnya dan lebih kencang detak gerak jantungnya.. mungkin wanita ini tak pernah rasakan kehangangatan yang Ssigma beri sebelumnya..
“satu misteri yang buat aku takut.. aku takut kau menikahiku hanya demi Shela, berarti selama pernikahan ini dan seterusnya aku tak akan pernah rasakan cinta yang sejati? Apa aku harus terus jadi perantara seumur hidupku?” jujur Shinta
“yang ku tahu, aku mencintaimu saat ini untuk seterusnya..jadi, apa kamu mau? Aku janji, kau adalah yang terakhir dan yang kutahu saat ini, kau bukan Shela...”
“...” wajah memerah cukup kuat menyembunyikan linangan batinnya saat ini, matanya berkaca terisak, lama-lama air mata bidadari inipun turun dari kelopak indahnya, bulu jentriknya sedikit menyapu kelabu yang tadi lewat. Dan korneanya menerawang kebahagiaan yang nyata..
***
Satu persatu manusia berbahagia menyalami bidadari dan bidadara yang sedari tadi berdiri memberi senyum tulus dari bibir-bibir nya.. gaun putih dengan ekor 2 meter dari tudung mahkota mengiasi tubuh elok gadis berwajah mungil bermata coklat blasteran Turki-Indonesianya. Bibir mungil terhapus lip-ice merah muda bening bidadari itu mengembangkan hidung mancung mungilnya.. sungguh indah melihat wajah cerah simpulnya memberi ketenangan pada orang orang yang memperhatikannya, sungguh cantik pula dengan tudung kepala elegannya dan sepatuh hak 5cm cukup membuatnya setara dengan bidadara disebelahnya yang dari tadi pun mengembang kempiskan rona pipi merahnya.. rambutnya masih seperti dulu.. selalu diacak, hanya saja dia memakai lensa kontak abu-abu sekarang.. agar agak terlihat resmi.. sangat tampan dan sebanding dengan wanita cantik disampingnya..
“HAPPY WEDDING DEAR..” teriak Shelo sambil merendengkan tulang pipinya dengan wanita yang menjadi ratu malam ini..
“makasi mbak, makasi udah dukung aku untuk hal serius yang satu ini, makasi banget! Aku kuat dan seberani ini karna embak, dan juga pemilik jantung ini.. ini semua demi Shela..” suara lembutnya keluar bersamaan dengan air matanya lagi...
“Allah yang udah atur semua ini, dan satu lagi.. jangan panggil gue embak.. Shelo aja, haha gue ga biasa kali neng..” kekeh Shelo padanya..
“hehe iya Shel..” jawab Shinta sambil merangkul tubuh Shelo. Seperti sedang menuang rindu kelihatanya. #BERSAMBUNG..